Gundah saya…
Melihat jiwa-jiwa muda itu
Harus membaca dan berhitung
Saat usia belum lagi genap empat tahun
Gundah saya…
Menyaksikan muka-muka lucu itu
Nyaris tanpa ekspresi
Saat aturan ini dan itu
Harus dijalani sepenuh
Gundah saya…
Menyadari masa kecil mereka kehilangan makna
Karena teriakan seru berayun
Pudar karena setumpuk PR
Karena histeria melihat cacing tanah
Hilang karena les-les Matematika dan Bahasa
Karena celoteh riang abang dan upik
Terhapus karena gemuruh tuntutan
Karena senandung ringan saat bermain air, tanah, dan udara
Pupus karena harus menempuh rangkaian ‘tes atau ujian’
Gundah saya…
Karena makna kanak-kanak dan remaja
Mati sebelum waktunya
Gundah benar saya…
Saat ancaman tidak naik kelas dan tidak lulus
Merebut hak mereka untuk menciptakan mozaik keindahan
Yang terpadu elegan karena sikap penerimaan
Yang terlukis tiada terperi oleh motivasi dan kepercayaan
Yang terpapar jelas pada setiap senyum dan dekapan
Yang tersenandung begitu merdu dari kata dan ujaran
Yang terpacu saat bertemu dengan dukungan
Yang nyaris sempurna berkat doa dan harapan
Benar-benar gundah saya…
Melihat tunas-tunas hijau itu
Terbakar matahari keangkuhan
Berbalut prestise, harga diri, dan aktualisasi
Karena bagi saya
Logika perengut kehidupan berbanding sama dengan ketiadaan
Nol, kosong, rapuh, dan hampa
Namun juga bersinonim dengan panen kejutan di masa depan
Saat arti diri berbaring sekarat kehilangan daya
Saat peduli menjadi sekedar milik para pemimpi
Saat etika berada entah di mana
Saat nurani buta oleh angkara
Saat generasi bebal dan kehilangan arah
Saat kebaikan dan pasti(nya) kebenaran hilang terhempas di jagad raya
Gundah saya….
Gundah benar saya…
Benar-benar gundah saya….
Jakarta, Kamis 25 Juni 200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar