Rabu, 20 Januari 2010

Mencintaimu Adalah Udara

Aku mencoba menghitung kembali waktu
Yang mahadaya mengikrar kita pada rentangan nyaris sewindu
‘tak jua aku temukan haru atau rindu atau kelu atau cemburu
Atas anugerah nyata di antara derak-derak percaya yang senantiasa utuh

Aku menyibak setiap sedih dan gundah saat pengertian terhilang
Bukan oleh gemuruh dendam pun oleh ujaran yang terabaikan
Tapi karena batas angkuh dan hikmat manusia menjelma menjadi karang
Yang membentengi kisah kita lalu menghempaskannya pada nihil kekosongan

Aku mereka-reka kesempatan
Untuk menikmati kesegaran cinta mula-mula
Dan menghirup wangi aroma kehidupan
Saat sunyi senyap menghantar altar berbicara

Aku menyemai semua kesempurnaan
Yang memberi jalan pada paket masa depan
Aku memozaikan iman pada bentangan masa
Yang memutih setiap kali kecewa tercipta
Aku memiliki pengharapan yang diagungkan
Saat muncul bimbang dan keraguan
Aku menikmati kasih saat ia menebar wangi
Untuk memberi jalan pada benih generasi

Aku menuliskan semua mimpi
Aku menyirnakan semua elegi
Aku melukiskan semua rintik hujan pagi hari
Aku menutup diri bagi datangnya sepi
Aku menghirup semua harapan
Aku memuntahkan semua kegundahan
Aku mengenangkan semua kebahagian
Aku meleburkan semua kegalauan
Ketika engkau menjadi titik kepastian

Aku mengenangkan arti dirimu dengan kata-kata
Dalam doa, dalam hadiratNya, dalam malam-malam kebersamaan
Karena mencintaimu adalah udara
Yang akan berakhir saat aku meninggalkan kehidupan

Kembangan, Jakarta 26 Desember 2009 2.18 a.m.
Untuk Ulang Tahun Iyang ke-35

Tidak ada komentar: