Rabu, 12 Oktober 2011

Menyoal Sri

Ngomong-ngomong soal Sri
Aku teringat fenomena alam yang menakjubkan
Badai di tengah hari...
Guruh dan gunturnya melambangkan suaranya yang mengelegar...
Kilatan cahaya melambangkan sorot mata yang tajam...
Hembusan angin melambangkan kata-katanya yang mengiris-iris hati sampai tipis...pis..pis..pis...
Dan, lalu, kemudian, setelah itu,turunlah hujan dihati para seteru...
Dalam sanubari mereka berjanji
"Gak akan berurusan dengan Sri lagi!!!"

Ngomong-ngomong soal Sri,
Aku teringat film horor Indonesia
Ya bangsanya kuntilanak, pocong, wewe gombel, atau suster ngesot 'gitu deh.
Semuanya bikin ngeri
Dan aku sering terngeri-ngeri karena Sri
Bukan...bukan...karena wajahnya yang seram
Tapi karena suara dan gaya ketawanya
Membuat para hantu itu memilih pergi
Gak kuat bersaing dengan Sri

Ngomong-ngomong soal Sri
Aku teringat dengan darah tinggi
Hm...ya 'gak heran lagi
Tapi aku tahu dalam hati
Jauh di lubuk nurani
Sri mengerti
Kalau dia nggak mau cepat mati
Dia harus banyak mengurangi
Makanan-makanan berkolestrol tinggi
Marah-marah 'gak ada arti
Juga menebar lirikan maut kesana sini

Ngomong-ngomong soal Sri
Aku teringat gaya kuno yang sudah pasti
Pernahkah kau menyadari?
Bahwa Sri selalu mengoleksi
Tustel kuno yang selalu berbunyi
Setiap jepretan beraksi
...
Pernahkah kau menyadari?
Saat kesempatan datang
Ia lalu berpikir matang-matang
Untuk memberi kamera untuk berpetualang
Tapi tetap saja....
Batere-nya segede gaban

Tapi kalau aku diajak ngomong-ngomong soal Sri,
Aku juga akan teringat pelangi
Yang nyata indah saat hujan reda
Karena dia selalu menebar cinta (dimana-mana)
Dengan semangkuk puding tanpa gula
Dengan hadiah-hadiah kecil penuh makna
Dengan masakan tak bergaram
Dengan traktiran
Dengan pesan "Nggak pake lama dan bawa kembalian."
Juga dengan sms bertubi-tubi
Jika sedang marah, bahagia, atau sedih

Kalau aku diajak ngomong-ngomong soal Sri
Aku pasti akan mengenang banyak hal
Bukan kegarangannya
Bukan hardikannya
Bukan sikap kasarnya
Bukan lirikan matanya
Bukan gaya songgongnya
Bukan juga hutangnya
...
Tapi aku akan mengenang...
Kata-kata penghiburannya
Sikap manis dan ramahnya
Pelukan hangatnya
Perhatiannya yang tiada tara
Jiwa besarnya
Sifat pengampunannya
Dan...cintanya...
Ya cintanya...

Karena cinta akan membuat kita selalu bersama-sama
Meski aku di sini dan kau di sana
Karena cinta akan membuat kita melupakan
Hal buruk di belakang dan melihat ke depan
Janji Indah Tuhan
Yang sudah disiapkan

Karena cinta akan membuat kita bertahan
Meski aral dan rintangan enggan digoyahkan
Meski kadang pahit kenyataan
Membuat kita jatuh dan kehilangan pegangan
Meski air mata satu satu jatuh perlahan

Kalau aku diajak ngomong-ngomong soal Sri
Aku pasti akan berseri-seri
Karena Sri akan tetap tinggal di sini
Di dalam hati....

Jakarta, 17 Juni 2011

Tapi Aku Tahu Dia Tahu

Aku tidak tahu apa-apa lagi tentangmu Arlaine....
Ya...tidak tahu apa-apa lagi
Karena perjumpaan dan pertemuan kita
Tak lebih banyak dari butir-butir Pancasila
Apalagi bilangan sempurna
Hanya eka, dwi, atau tri
Akupun tak ingat lagi...

Fesbuk mungkin lebih mengenalmu, Arlaine...
Karena padanya kau ceritakan mimpi,
Resolusi,
Janji,
Transformasi
Yang mengubah dimensi dan ruang waktu
Dari mengenalmu ....
Menjadi menerka apa yang terjadi padamu
Menerka kalau kau sekarang sering melalang buana
Lalu mengupload foto-foto yang bikin iri
Dengan gaya yang masih sama...
Ya masih tetap sama...
Mengkampanyekan kekuatan wanita yang bisa tetap berkarya,
meski kadang aku bertanya-tanya..
Arlaine berkarya demi pelayanan atau...
Hm..demi hura-hura belaka hahahaha...

Aku tak tahu apa yang terjadi padamu, Arlaine....
Apakah waktu di bawah matahari mengikis gundahmu?
Apakah udara kental yg kadang pekat meleburkan semua kecewamu?
Apakah air mata yang mungkin ada,
Bisa mengurai pedih yang terasa,
Saat keinginan membentur karang kenyataan
Yang terlalu pahit untuk ditelan atau dimuntahkan?

Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padamu, Arlaine...
Apakah ulat yang pernah kita bicarakan dulu telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu?
Apakah bencimu pada coklat masih melekat?
Seperti rasa kasihmu pada sepiring sambal merah masih tetap sama?
Apakah kadar narsismu tetap masih berskala sama, berkurang sedikit, atau justru bermultiplikasi menjadi tak terkendali?

Aku benar-benar tidak tahu, Arlaine...
Tentang dirimu, apalagi tentang kisah cintamu...
Aku benar-benar tidak tahu tentang dirimu, Arlaine...
Tidak tahu...
Dan mungkin tidak pernah tahu...

Tapi aku tahu Dia tahu.
Aku tahu bahwa Dia sang pemberi hidup itu tahu..
Seperti apa rupa hatimu...
Seperti apa warna sedihmu...
Seperti apa percikan bahagiamu yang kau bagi dengan kami semua di sini
Aku tahu bahwa meski puisiku tak selalu hadir setiap waktu kau bertutur tentang ulang tahun
Dia yang menanugerahimu keindahan kasih akan senantiasa utuh menemani.

Aku tahu bahwa hidupmu akan nyata penuh warna
Bila ketulusan dan cinta menjadi sumbernya
Aku tahu bahwa puisi-puisiku akan berakhir
Dan berhenti memberikan arti suatu saat nanti...
Tapi yakinlah..
Hiidupmu akan tetap menebarkan makna jika engkau PERCAYA...

Sajak Pengharapan

Kami ingin menyentuh hadirMu Tuhan
Pada malam ke-dua belas tahun
Yang kami habiskan dalam kegundahan
Dengan kegusaran
Dengan kecemasan
Dengan kekuatiran

Namun juga dengan satu harapan

Kami ingin bercakap denganMu Tuhan
Menuturkan kerinduan yang menggumpal
Akan kebersamaan yang nyata indah
Ketika mata, hati, dan jiwa
Bersatu mengikis keluh
Yang  terkadang menyelinap diantara udara
Saat waktu terasa semakin jauh

Kami ingin datang kepadaMu Tuhan
Mendekatkan raga kami yang mulai lelah
Lelah karena kami enggan menjadi bijak
Lelah karena kami tepiskan hikmatMu
Lelah karena kami manusia
Yang hanyut dalam dekapan dosa

Kami ingin mengenang rahmatMu Tuhan
Pada setiap berkat yang tercurah
Di  perjalanan satu setengah windu
Betapa Engkau telah memuliakan kami
Di bumi yang berangsur tua ini

Kami ingin bersamaMu
Saat kami melipat tangan
Saat  kami memejamkan mata
Saat  menundukkan kepala
Juga ketika kami menekuk lutut
Dan mulai berbicara

Kami ingin menutup mata dunia kami Tuhan
Dan memandang agung ke hadiratMu
Saat Sang Penebus datang menyibak awan
Membahanakan sangkakala
Menggemakan sukacita
Sambil menggenggam keselamatan
Saat Yesus datang

Kami ingin mengimani janjiMu Tuhan Engkau tetap mencintai
Kami ingin meyakini keyakinan Engkau selalu mengiringi
Meski rindu yang kami miliki
Belum utuh terpenuhi

Biarlah Makarios menyuarakan kebahagiaan
Yang terwujud dari serpihan pengembaraan
Tetaplah Makarios menebar kasih
Dari setiap peristiwa terentang 4380 hari
Senantiasalah Makarios memegang janji
Untuk setia, mulia, dan bersahaja
Teruslah Makarios mewartakan kebenaran

Hingga Yesus datang

Sabat, 23 Oktober 2010

Tuhan Kalau Boleh

Tuhan kalau boleh…
Biarku tukar waktu
Duduk di bawah ‘hot spot’ dan berfesbuk
Dengan satu jam bersama ibuku
Memeluk tubuh rentanya yang setia menjaga dan memberi cinta
Kepada lelaki tua yang kusebut ayah
Saat anak-anaknya jauh
Terpisah peradaban dan dimensi waktu

Tuhan kalau boleh…
Biarku ganti jam kerjaku
Yang habis dengan sok memberi konsultasi
Pura-pura memperbaiki ini itu
Juga bersibuk tanpa henti
Dengan satu hari bersama kekasih-kekasih hati
Yang selalu memperoleh sisa
Dari energi dan kekuatan yang ada

Tuhan kalau boleh…
Biarku perbaiki masa lalu
Yang rusak oleh kesalahpahaman dan keangkuhan
Saat cinta mula-mula nyaris kehilangan makna
Untuk sejenak mengemingkan kasih
Agar jiwaku bisa bertahan
Melampaui ujian kehidupan

Tuhan kalau boleh…
Biarku hapus berlaksa egoku
Yang tumbuh silih berganti
Menyemai pertengkaran, kebekuan, dan air mata
Mencatatkan semua pedih
Pada asap yang membumbung tinggi
Untuk sirna dan tidak hadir di kemudian hari

Tuhan kalau boleh…
Biarku ulang kembali kenanganku
Bersama dua pasangan masa kecilku
Abang yang laksana penjaga
Dan adik yang seperti merpati
Saat kami menghabiskan waktu
Meniti buih air di pipa belakang rumah
Dan api abadi yang tetap menyala
Meski di bawah deras hujan yang lama

Tuhan kalau boleh…
Biarku maknai hari-hari kedepan
Menikmati tiga benih yang sedang bertumbuh
Menjadi tiang-tiang kebahagiaan
Dalam rumah tangga yang Engkau persatukan
Melakukan berbagai pekerjaan sederhana
Sebagai seorang ibu dan wanita

Tuhan kalau boleh…
Biarku hentikan detik yang berjalan
Untuk merevisi resolusi
Menghaturkan segala syukur atas arti
Dari rasa sakit yang aku ciptakan sendiri
Dari pedih yang aku toreh sendiri
Dari kesalahan yang aku buat sendiri
Karena Engkau tidak pernah gagal
Menjaga hati dan menciptakan rencana
Yang senantiasa istimewa dan sempurna

Meski kadangkala dalam terpurukku aku berdoa…

Tuhan kalau boleh…
Lalukan cawan derita ini
Tapi bukan kehendakku yang jadi
kehendakMulah jadi…..

Jakarta, 7 Agustus 2010

Matius 26 : 42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya : “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, Jadilah kehendakMu!”